TERBUKA PELUANG MENJADI AGEN/RESELLER UNTUK JABOTABEK

Mengkudu Tidak Memiliki Efek Samping

Mengkudu atau sering dikenal dengan nama pace sebenarnya bukan barang baru di kalangan pecinta obat-obatan herbal dan suplemen makanan alamiah. Sudah banyak penelitian tentang manfaat dari kandungan buah ini. Namun riset sekala internasional yang banyak di lakukan ahli medis di Hawai umumnya lebih berkonsentrasi pada kandungan mengkudu yang bermanfaat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Padahal menurut Prof Sumali Wiryowidagdo, guru besar farmasi Universitas Indonesia, kandungan yang terdapat pada buah pace ini cukup beragam.

Lewat uji klinis bersama Departemen Farmasi UI, Prof Sumali telah membuktikan mengkudu yang oleh orang Hawai dikenal dengan sebutan noni ini aman untuk menurunkan tekanan darah tinggi, serta menstabilkan kadar gula darah. Satu lagi yang terpenting tanaman ini tidak mengenal efek samping.

Dari uji coba toxincitas sepronix terhadap tikus putih selama 90 hari ternyata tidak ada data yang menunjukkan perubahan pada organ vital maupun ginjal tikus. Artinya tidak ada kekhawatiran akan timbulnya dampak negatif.

Memang untuk bisa menjadi acuan resep dokter penelitian terhadap mengkudu ini masih perlu uji klinis lebih lanjut (fitofarmaka) yang melibatkan pasien, dokter, farmasi, rumah sakit dan Balai POM.

Namun, sebagai obat herbal standar khususnya alternatif pengobatan hipertensi dan diabetes yang dijual bebas sudah dapat dikatakan memenuhi syarat.

Menariknya lagi kita tidak perlu khawatir terjadi kelebih dosis. Tidak jadi masalah jika kita mengkonsumsi buah mengkudu secara terus menerus sekalipun kadar gula atau tekanan darah kita sudah normal.

Secara umum tanaman alam termasuk mengkudu mengandung sejumlah komponen bahan kimia. Uji klinis pada mengkudu misalnya, membuktikan bahwa buah itu ternyata banyak mengandung beberapa komponen kimia penting seperti nordamnakantal. Zat ini banyak dikaim ahli obat-obatan sebagai obat jantung.

Dalam mengkudu juga banyak ditemukan golongan terpenoid dan golongan alkaloid seperti xeronine (orixeronine). Zat yang disebut terakhir ini, jika banyak dikonsumsi akan berpengaruh pada stamina tubuh.

Memang dalam tubuh manusia itu sudah mengandung xeronine tapi jumlahnya sangat sedikit. Untuk mempertahankan stamina tubuh diperlukan tambahan dari luar yang memiliki pengaruh dalam pembuatan protein.

Protein adalah senyawa penyusun tubuh paling penting. Sementara pada mengkudu terdapat proxeronine dengan jumlah yang jauh lebih banyak dibanding jenis buah yang lain. Dengan mengonsumsi buah tersebut, enzim dalam tubuh akan membentuk xeronine sebagai zat aktif dalam pembentukan protein.

Turunkan tekanan darah

Tak kalah menarik, mengkudu juga banyak mengandung unsur golongan kumarin khususnya skopoletin yang berfungsi untuk menormalkan/menurunkan kadar gula darah.

"Kumarin dan skopoletin ini juga yang ternyata mampu menurunkan tekanan darah, sehingga bagus dikonsumsi oleh penderita hipertensi," tandas Sumali.

Tentu informasi pengobatan alternatif dari herbal itu merupakan fenomena yang bagus mengingat kasus hipertensi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Paling tidak mereka akan memiliki sejumlah pilihan pengobatan dan tidak hanya tergantung pada obat kimia.

Sumali menyebutkan dari survai kesehatan rumah tangga yang dilakukan Depkes pada 1995 saja, tingkat prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tingggi yaitu 8,3 per 100 anggota rumah tangga. Dari riset itu pula diketahui hipertensi banyak melanda kaum perempuan. Kondisi seperti itu cukup mengkhawatirkan, apalagi jenis penyakit yang satu ini tidak dapat disembuhkan.

Memang sejumlah pakar medis memberikan solusi yang cukup beken yakni menyarankan pada pasien untuk olah raga dan diet teratur, tapi biasanya prosesnya cukup lama. Karena itu tak ada salahnya berusaha dengan pengobatan tanaman alam.
Hanya sacara alami, buah yang sekilas tampak buruk rupa ini memang tidak banyak mengundang selera. Apalagi aroma baunya sangat menyengat. Mereka yang tidak terbiasa bisa bertambah mual dan muntah.

Sebenarnya, lanjut Sumali, sejak dulu nenek moyang kita di pedesaan sudah biasa mengonsumsi mengkudu dengan cara merajang dan ditumbuk lalu dijadikan minuman. Namun, dalam peradapan modern, lebih-lebih di perkotaan masyarakat tampaknya masih enggan menjadikan mengkudu sebagai minuman sehari-hari seperti halnya buah-buahan yang lain.

Alasannya, selain bentuk buahnya yang memang tidak menarik, juga mengeluarkan aroma yang tidak sedap. "Bisa saja untuk mengurangi rasa bau, jangan pilih buahnya yang sudah matang dan lembek tapi yang masih mangkal dan sudah mau matang, tapi upaya itu pun sepertinya belum cukup memuaskan."

Karena itulah, tambahnya, masyarakat Indonesia saat ini beruntung sebab tanaman herbal ini sudah lama mendapat respon dari industri suplemen maupun obat-obatan herbal. Bahkan sudah banyak hasil olahan buah bernama ilmiah morinda citrifolia Linn yang beredar di pasaran. Mulai dari yang berbentuk sirup, jus, ekstrak dan sebagainya.


Sumber: Majalah HealthToday

1 komentar:

Related Posts with Thumbnails